Walaupun sering diterpa badai disertai hujan deras, Jepang hampir tak pernah mengalami masalah banjir. Hal ini berbeda dengan pemerintah Indonesia yang kerap menuai kecaman karena gagal menangani banjir. Ingin tahu, solusinya? Berikut ulasannya yang diintisarikan dari berbagai sumber, Tokyo, Ahad (14/11).
Profesor Arata Ichikawa mengatakan, teknologi Sewer System berhasil mengatasi masalah pengairan serta ancaman banjir di beberapa kota besar Jepang, terutama Tokyo. Menurut dia, awalnya sistem Sewer ini hanyalah desain drainase sederhana yang digunakan sejak periode Yayoi atau sekitar 2.200 tahun yang lampau. Pola itu berkembang menjadi jaringan drainase yang berada di bawah Kota Heijo Kyo, pada periode Nara atau sekitar 1.300 tahun silam.
Pada masa Azuchi Momoyama sekitar 430 tahun lalu, ratusan kubik batu ditanam di bawah lorong air di sekitar Benteng Osaka. Sistem itu dikenal dengan nama Taiko Sewerage. Sistem pengairan modern mulai diterapkan pada 1884 dan 1922 di bawah Kota Tokyo, dengan membangun Pabrik Pengolahan Limbah Air atau Mikawashima Treatment Plant. Namun, pengembangan proyek itu sempat terhenti akibat perang Dunia II pada 1945.
Pada 1992, pemerintah Jepang menyanangkan proyek sistem Sewer untuk mengatasi banjir akibat topan dan badai besar di Kota Saitama. Sejumlah lorong bawah tanah raksasa yang berhubungan dibangun 50 meter dari atas permukaan. Terowongan itu berukuran tinggi 65 meter dan lebar 32 meter dipasang mengelilingi Kota Saitama dengan lorong yang masing memiliki panjang 6,4 kilometer. Terowongan yang dikerjakan oleh ratusan teknisi ahli dan alat berat itu diperkirakan mampu menampung jutaan debit air sebelum dibuang ke laut.
Selain itu, Sewer System juga juga dilengkapi tanki raksasa berukuran panjang 177 meter, tinggi 25,4 meter dan lebar 78 meter, dengan pipa pendukung sebanyak 59 buah. Tanki raksasa itu digunakan sebagai penampung cadangan guna mengantisipasi debit air yang berlebih. Hasilnya, bangunan dan lorong Sistem Sewer menunjukkan seakan akan ada kehidupan baru yang menakjubkan di bawah Kota Saitama.
Mungkinkah pemerintah berinsiatif membangunnya? Semoga
0 Komentar