Sebenarnya rada males nulis. Maklum nih batuk dari kemarin koq betah banget
yach....
Bingung ga’
ada ide tulisan sih, tapi saat berangkat kerja (dipaksain nih tubuh kerja) liatin gedung-gedung jadi inget
gedung-gedung di Medan yang dari dulu sampe sekarang tetep eksis.
Yo wes
laaaa, bekicot........eh, cekidot mas bro !! ^_^
Walau sudah berabad usianya, nih istana dari segi bentuk tidak banyak berubah. Berada di di Jalan Brigadir Jenderal Katamso, Kelurahan Sukaraja, Kecamatan Medan Maimun. Didesain oleh arsitek Italia dan dibangun oleh Sultan Deli, Sultan Mahmud Al Rasyid. Pembangunan istana ini dimulai dari 26 Agustus 1888 dan selesai pada 18 Mei 1891. Berdiri diatas lahan seluas 2.772 m2 dan memiliki 30 ruangan. terdiri dari 2 lantai dan memiliki 3 bagian yaitu bangunan induk, bangunan sayap kiri dan bangunan sayap kanan.
Bangunan ini menghadap utara dan disisi depan terdapat Mesjid Al-Mashun (Mesjid Raya). Kalau dulu masih satu komplek, sekarang mah udah terpisah. Perlu diketahui, istana ini memadukan unsur-unsur warisan kebudayaan Melayu, dengan gaya Islam, Spanyol, India dan Italia.
2. MASJID RAYA
Masjid Raya Medan atau Masjid Raya Al Mashun ini dibangun pada tahun 1906 dan selesai pada tahun 1909. Pada awal pendiriannya, masjid ini menyatu dengan kompleks istana. Gaya arsitekturnya khas Timur Tengah, India dan Spanyol. Masjid ini berbentuk segi delapan dan memiliki sayap di bagian selatan, timur, utara dan barat. Masjid Raya Medan ini merupakan saksi sejarah kehebatan Suku Melayu sang pemilik dari Kesultanan Deli (Kota Medan).
Sultan Ma’mun Al Rasyid Perkasa Alam sebagai pemimpin Kesultanan Deli memulai pembangunan Masjid Raya Al Mashun pada tanggal 21 Agustus 1906 (1 Rajab 1324 H). Keseluruhan pembangunan rampung pada tanggal 10 September 1909 (25 Sya‘ban 1329 H) sekaligus digunakan yang ditandai dengan pelaksanaan sholat Jum’at pertama di masjid ini. Keseluruhan pembangunannya menghabiskan dana sebesar satu juta Gulden. Pendanaan pembangunan masjid ini ditanggung sendiri oleh Sultan, namun konon Tjong A Fie, tokoh kota Medan dari etnis Tionghoa yang sezaman dengan Sultan Ma’mun Al Rasyid turut berkontribusi mendanai pembangunan masjid ini.
Salah satu bangunan bersejarah yang hingga kini masih berdiri kokoh di Kota Medan. Letaknya yang berhadapan dengan Lapangan Merdeka. Gaya arsitektur Belanda yang masih kental, mirip dengan gaya arsitektur Titi Gantung di dekat stasiun.Sampai saat ini, bangunan ini menjadi bangunan vital bagi masyarakat Medan. Fungsi bangunannya dari dulu hingga sekarang tetap sama, yaitu untuk mengirim surat dan fungsi lainnya. Kantor Pos Medan berdiri tahun 1911, yang diarsiteki oleh salah seorang arsitek Belanda Snuyf. Bangunan ini memiliki luas 1200 meter persegi, dengan tinggi mencapai 20 meter.
Bangunan yang di dominasi dengan warna putih dan orange, yang merupakan identitas Pos Indonesia ini memiliki bentuk kubah yang unik. Bentuk kubah tetap dipertahankan walaupun kantor pos ini telah mengalami beberapa kali renovasi. Jendela-jendela yang terletak pada sisi-sisi bangunan berbentuk setengah lingkaran, dengan tiang putih yang menyangganya, membuat bangunan tersebut terlihat seperti kandang burung.
4. MENARA AIR TIRTANADI
Bangunan yang menjadi landmark berikutnya di Medan adalah "Tempat Penampung Air"nya PDAM Tirtanadi. Terletak di Persimpangan Jl. Sisingamangaraja 1, tidak jauh dari Soeichi International Hotel. Bangunan ini didirikan pada tahun 1908, oleh pemerintah Belanda, sebagai tempat penampungan air bagi masyarakat Medan. Namun tidak semua masyarakat medan dapat memanfaatkan menara air tersebut, hanya golongan menengah keatas saja yang diperkenankan memanfaatkan menara air tersebut.
Pembangunan menara ini juga tidak lepas dari pembangunan perusahaan air milik pemerintah kolonial Belanda, dengan nama NV. Water Leiding Maatschappij Ajer Beresih, yang berpusat di Amsterdam, Belanda. Mungkin sekarang ini anda sering mendengar istilah “ air ledeng” dan “air bersih”, kedua istilah diatas memang berasal dari bahasa belanda, leiding dan ajer beresih.
Memiliki ketinggian 42 meter dan berat mencapai 330 ton.
5. LONDON SUMATERA BUILDING
Terletak di Jalan Kesawan, tak jauh dari kawasan Merdeka Walk dan Stasiun Kereta Api.
Gedung London Sumatera dibangun tahun 1906 oleh pemilik perkebunan karet Harrison & Crossfield Company (H&C) yang berpusat di kota London. Harrisons & Crosfield(H&C) sendiri didirikan oleh Daniel Harrison, Smith Harrison and Joseph Crosfield pada tahun 1844 di Liverpool dan bergelut di bidang importir teh dan kopi.
Fungsi Gedung London Sumatera adalah sebagai kantor perdagangan dan perkebunan. Setelah gedung ini dijual kepada pemerintah Belanda, namanya diubah sesuai nama puteri Belanda menjadi Juliana Building.
Kepemilikan Gedung London Sumatera beralih dari Harrison & Crossfield Company (H&C) ke tangan Indonesia setelah Indonesia merdeka. Gedung London Sumatera pun berganti nama menjadi PT PP London Sumatera saat ini. Lokasinya berada di pusat kota Medan dan didampingi dengan gedung-gedung bernilai sejarah lainnya seperti kantor pos Medan, Bank Indonesia, Gedung Jakarta Lloyd dan lainnya.
Fasilitas Gedung London Sumatera sangat luar biasa untuk ukuran sebuah gedung yang dibangun tahun 1906. Gedung ini adalah gedung pertama di Medan yang memakai teknologi lift untuk memudahkan pengguna bangunan berlantai lima ini. Bentuk lift seperti sangkar besi bermotif bunga dengan dekorasi art deco. Lift yang digunakan sejak tahun 1910 ini masih berfungsi baik. Untuk perawatannya dilakukan setiap hari Sabtu, bahkan setiap tahun didatangkan teknisi khusus dari Inggris.
Sebenarnya masih banyak lagi gedung-gedung menarik lainnya yang menjadi Landmark Kota Medan dan pada umumnya berasal dari gedung-gedung peninggalan masa lalu.
Tertarik ?? Silahkan mampir dach...... ^_^
0 Komentar