Masih segar dalam ingatan, dipertengahan
tahun 2008 saat pertama kali aku melihat kamu. Dalam hitungan detik, kamu telah
mencuri perhatianku. Tak hanya penampilanmu yang membuat mataku tak lepas
memperhatikan kamu. Padahal suasana saat itu malam tanpa bertabur bintang.
Kebetulan kamu berjalan dengan seseorang yang juga aku kenal. Dari dialah kita
berkenalan. Sejenak bercengkerama denganmu, membuat debar jantungku kian
menderu serasa waktu tak ingin berlalu.
Sebulan semenjak kita pertama kali
bertemu, semua seakan terbang laksana debu. Ternyata takdir berkata lain. Emang
bener apa yang dikatakan orang, kalau udah jodoh takkan kemana. Hingga akhirnya
kamu halal bagiku. Kamu tahu, semenjak engkau membersamai hari-hariku, semua
terasa semakin mudah. Waktu seolah berhenti dan jarak seakan tak berjarak. Itu
berlangsung selama setahun lamanya. Hingga disaat menghadapi tugas akhir
perkuliahan, dengan sangat terpaksa aku melepas kepergianmu. Kepergian yang serasa
kehampaan bagiku. Sebab cara perpisahan kita tak pernah terbayangkan sebelumnya
olehku. Tapi dengan perpisahan itu pula aku bisa menyelematkan pendidikanku.
Butuh berbulan-bulan bagiku untuk
melupakan kamu. Bersyukur aku bukanlah tipe laki-laki mellow. Kesibukan akan tugas akhir kuliah hingga berhasil meraih
gelar sarjana turut membantu melepas bayang-bayang kamu dalam ingatanku. Dan.....
Ternyata Tuhan lebih memilih kembali mempertemukan kita. Benang yang telah lama
putus seolah kembali tersambung. Hatiku semakin berbunga melihatmu semakin ayu.
Kamu tahu gak sih, keadaanmu sekarang itu kembali mengaduk-aduk hati dan
perasaanku. Alhamdulillah, kita kembali bersatu.
Kebersamaan kita terbilang cukup
lama. Banyak suka duka yang kita hadapi bersama. Kemanapun aku pergi, kamu
sering menemaniku. Kalau tak pergi dengan teman-temanmu atau kamu sedang sakit,
bisa dipastikan kamu selalu ada disampingku. Banyak momen indah yang menggores kenangan
atas keberadaanmu bersamaku. Aku masih ingat saat dalam tugas kantor untuk
melakukan survey di daerah pedalaman dan mengharuskan aku harus melewati
perkebunan kelapa sawit di gelap malam, kamu dengan setia menemaniku. Tak
jarang senandungmu mengiringi perjalanan kita menembus gelapnya perkebunan
kepala sawit.
Di lain waktu, aku harus menahan
tangis saat melihat kondisimu yang carut
marut saat kembali dari petualangan bersama temanmu. Kaki bengkak hingga
membuatmu susah untuk berjalan dan kondisi salah satu matamu yang tak lebih
baik dari kakimu. Yang membuatku terharu, justru kamu yang menguatkanku. “Aku baik-baik aja koq sayang.... Kamu gak
usah khawatir gitu!!”. Begitu kamu membisikkan sebaris kalimat di
telingaku.
Hingga dimalam menjelang Ramadhan,
beberapa saat sebelum azan Isya berkumandang. Malam yang tak pernah kulupakan
hingga saat ini. Berawal dari keinginanmu yang tak mau masuk rumah. “Aku pengen menikmati angin yang semilir ini
Say. Kamu makan aja dulu!!” begitu alasanmu. Aku pun larut menikmati makan
malam pertama tanpa kamu. Hingga selesai makan, kamu tak kunjung memasuki
rumah. Bahkan saat aku berteriak memanggil namamu, kamu juga tak menyahut
panggilanku. Dengan dada berdebar aku pun bergegas keluar rumah. Hatiku
langsung merasa tak enak melihat pintu pagar yang terbuka lebar. Aku langsung
berlari ke samping rumah, dimana kamu duduk santai tadi.
Ya.... Rabb!! Tak ku lihat lagi sosok dirimu. Dengan hati tak
menentu, aku langsung berlari menyusuri lorong depan rumah. Hingga ke ujung
jalan besar, tak jua kutemukan dirimu. Dengan cepat berita hilangnya dirimu
menyebar. Dengan bantuan seorang teman, akupun membuat pengaduan di kantor
polisi terdekat. Bergegas pula aku melapor ke perusahaan dimana kamu bekerja.
Proses yang berbelit dan memakan waktu yang lama mau tak mau aku jalani. Dan
selama itu pula tak juga aku dengar kabar tentangmu. Aku pun harus menahan
kesabaran mendengar kabar-kabar miring terkait raibnya dirimu. Dari yang
diculik hingga melarikan diri karena tak tahan hidup bersamaku mampir ke
telingaku.
Beruntung aku masih memiliki
seorang sahabat dekat, sahabat terbaik yang menguatkanku. Berkat bantuannya aku
mampu mengatasi itu semua.. Seandainya kita masih bersama terhitung dari hari
hilangnya dirimu, 2 bulan kemudian seharusnya kita merayakan 3 tahun
kebersamaan kita. Seharusnya kamu juga masih menemani hari-hariku. Tapi.... Ya
sudahlah, hidup tetap harus berputar. Aku tak ingin terpuruk dan tak move on dari kesedihanku.
Mungkin ini yang dikatakan buah
dari kesabaran. Berselang sebulan semenjak kepergian kamu yang tanpa kabar dan
tanpa alasan, Tuhan kembali mempertemukan kita. Penampilan kamu kini jauh
berbeda. Jauh lebih ‘berisi’ dengan riasan wajah yang benar-benar berbeda.
Tetapi apapun penampilan kamu, tak juga merubah kepribadianmu. Kini aku bisa
memiliki kamu dengan seutuhnya. Kamu tak lagi bekerja di perusahaan yang sering
menyita kebersamaan kita. Aku berdoa semoga kamu tak lagi pergi meninggalkanku.
Kamu ingin tahu rasanya ditinggalkan? Deuuh.....sakit
tau!! Untung Cita Citata baru muncul sekarang. Kalau gak, bisa-bisa nyanyi aku. Dan kamu tahu apa yang kini membuat aku
semakin bersemangat, iyaa..... karena *Beka (Bersama Kamu) ^___^
**Lomba Artikel KAMU di Writer Ranger
4 Komentar
Pak, kisah nyata btul ya pak?
BalasHapusMotor kah?
BalasHapusMas Eka....ini kisah beneran !! ^___^
BalasHapusMantep dach Teh Esa !!!
BalasHapusTebakannya Tepat sasaran ....^^