Tahu Sibolangit kawan? Yup.... Kawasan yang termasuk salah satu
cagar alam yang ada di Sumatera Utara. Memiliki tofografi alam yang
berbukit-bukit, berhawa sejuk dan tentunya menawarkan pemandangan yang luar
biasa indahnya. Secara administratif Sibolangit merupakan salah satu kecamatan
yang masuk dalam wilayah Kabupaten Deli Serdang dan berbatasan langsung dengan
wilayah Kabupaten Karo. Jarak antara Sibolangit dan Medan sekitar 75 km dengan
waktu perjalanan sekitar 1 jam (jika
keadaan lalu lintas lancar). Tetapi biasanya ditempuh sekitar 2 jam.
Banyak pilihan destinasi wisata
alam disini yang bisa dikunjungi. Jika berkunjung ke Medan, tak lengkap rasanya
jika tak menjelajahi :
-
pemandian alam Sembahe
-
Bumi Perkemahan Sibolangit
-
Hillpark Greenhill
-
Taman Dewi
-
Air Terjun Dwi Warna.
Mengisi waktu di akhir pekan, saya dan teman-teman
mengadakan kegiatan bertajuk Tadabur
Alam Sibolangit Camp Zone. Kegiatan yang berlangsung 1 hari penuh dan hanya
diikuti oleh kaum yang memiliki panggilan abang (maksudnya kaum adam aja ^^). Dengan jumlah peserta 45 orang, kami
bertolak dari Medan ke Sibolangit pada pukul 21.00 WIB. Sampai di lokasi Bumi
Perkemahan Sibolangit sekitar pukul 22.45 WIB.
Tiba di lokasi bukan langsung nyenyak
dibalik sleeping bag. Setelah
mendengar taujih kami bergegas uji
ketangkasan dengan memanah hingga waktu menunjukkan pukul 00.30 WIB. Tidur
pukul 01.00 WIB dan bangun pada pukul 04.00 WIB. Mengawali hari dengan qiyaumul lail dan Subuh berjamaah yang
dilakukan di alam terbuka. Dingin yang menusuk tulang berpadu dengan syahdunya
lantunan Kalam-Nya. Rasanya? Subhanallah.....
Menyambut cahaya matahari pagi,
kami melakukan senam dan beberapa game ringan. Ditutup dengan sarapan bersama
di pinggir jalan. Dan.... time to go!
Setelah selesai berbenah dan
menyiapkan segala keperluan, kami melakukan agenda berikutnya, tracking menuju Air Terjun Dwi Warna yang
juga dikenal dengan nama Telaga Biru. Berada di
desa Durin Sirugun, di hulu Sungai Sinembah 1 yang juga merupakan kaki
Gunung Sibayak. Jangan bayangkan akses
jalan menuju lokasi merupakan jalan yang lapang berbatu, tetapi lebih dari itu.
Berjalan menuju lokasi Air Terjun Dwi Warna serasa membelah hutan Sibolangit.
Kondisi track yang basah dan berhias
akar-akar pohon yang menonjol keluar menjadi tantangan yang harus dihadapi para
pengunjung. Belum lagi track yang
terus menanjak, membutuhkan stamina yang prima.
Saat berniat ingin mengeksplore hutan Sibolangit dengan
tujuan Air Terjun Dwi Warna, ada beberapa hal yang harus diperhatikan :
- Jangan bernampilan modis. Ini kawasan hutan kawan! Bukan pusat-pusat perbelanjaan. Penampilan tersebut hanya akan menghambat perjalanan yang menghabiskan waktu 2 jam. Sebaiknya kenakan pakaian lapangan.
- Bawalah barang seperlunya. Jangan bebani tubuh dengan beragam benda. Ini hanya akan menambah beban dan tentunya lebih menguras tenaga mengingat track yang terus menanjak.
Setiap yang ingin berkunjung ke Air
Terjun Dwi Warna, harus melapor dahulu ke posko yang ada di pintu masuk hutan.
Berangkat dengan berkelompok dengan jumlah minimal 20 orang dan dipandu oleh
seorang ranger. Ada tips dari para ranger untuk kita yang hobi mendaki,
saat berjalan jangan terlalu cepat dan jangan pula terlalu lambat. Ini akan
membantu kita untuk tidak terlalu sering berhenti. Kemudian saat badan mulai
letih, lakukan pernapasan seperti biasa. Artinya menghirup dan mengeluarkan
udara tetap dari hidung, bukan menghirup udara dari hidung dan mengeluarkannya
dari mulut. Hal ini justru mempercepat tubuh letih.
And than,
finally!
Segala rasa letih selama
perjalanan, seolah terbayar lunas dengan keindahan yang ditawarkan oleh Air
Terjun Dwi Warna. Yang menjadi keunikan air terjun ini adalah airnya yang
terlihat biru. Jika cahaya matahari mengenai permukaan air, maka warna hijau dan
biru terlihat mewarnai permukaan air. Hal ini menjadikannya disebut dengan Air
Terjun Dwi Warna.
Semua peserta sukses mencapai
tempat ini, termasuk beberapa anak-anak yang ikut serta. Hanya saya yang hanya
sekejap menikmati keindahan Air Terjun Dwi Warna. Keletihan yang mendera akibat
persiapan fisik yang tak memadai mengharuskan saya harus lebih dahulu
meninggalkan lokasi. Ditemani dengan seorang ranger, saya turun kembali ke posko. Waktu yang seharusnya bisa
ditempuh kurang dari 2 jam harus ditempuh lebih dari 3 jam. Stamina yang drop mengharuskan beberapa kali berhenti
untuk istirahat. Hal ini yang menjadi pertimbangan mengapa saya lebih dahulu
turun. Tiba di posko hampir berbarengan dengan teman-teman yang turun
belakangan.
Tak berhenti sampai disini, ada
satu lagi agenda kegiatan yang harus dilaksanakan. Rafling, menjadi kegiatan terakhir yang kami lakukan. Sayang, baru
beberapa orang melakukan rafling,
hujan deras mengguyur Bumi Perkemahan Sibolangit.
Setelah makan malam dan shalat Isya
berjamaah, kami bertolak kembali ke Medan pukul 19.00 WIB dan tiba di rumah
sekitar pukul 21.30 WIB. Letih yang mendera seakan menguap sejenak melihat Duo Krucil yang tidur lelap dengan
posisi yang ajib pisan.^^
Ada beberapa hal yang membekas di
hati. Ternyata hutan bisa menjadi barometer siapa kita dan bagaimana kita di
hadapan-Nya. Perilaku yang terkadang menunjukkan kepongahan dengan segala
kemampuan yang kita miliki, ternyata semua seakan luruh saat menghadapi kondisi hutan yang sulit. Tak terbayangkan
kondisi yang dihadapi para pejuang kemerdekaan dahulu yang bergerilya keluar
masuk hutan.
Sukses yang sering kita klaim
adalah hasil jerih payah sendiri, ternyata ia hanya satu dari mata rantai
kesuksesan yang orang lain turut andil didalamnya. Kesediaan beberapa teman
yang menemaniku saat mendaki menuju Air Terjun Dwi Warna menyampaikan pesan itu
padaku. Dengan konsekuensi mereka tertinggal dengan teman-teman yang berjalan
didepan.
Team work itu penting
kawan! Karena kita bukanlah manusia super, apalagi superman.......
1 Komentar
Dulu ke sub langit tp ke tmpat orang utan aj pak. Jd tdk main ke air terjun. Air yg di bwah benar-benar biru ya pak.
BalasHapus