Pernah ga sih, saat shalat di Mesjid dan menemukan tulisan “Dilarang Tidur
di Dalam Mesjid”, atau di lain kesempatan menjumpai tulisan “Perhatian!
Dilarang Bawa Anak Kecil, Ganggu yang Lain”. Gimana perasaan kamu kawan?
Jujur, aku sering merasa keki jika melihat hal ini. Seakan fungsi
Mesjid dibatasi hanya untuk shalat semata. Di luar itu, out! Padahal jauh dari itu, Mesjid memiliki fungsi yang lebih
kompleks.
Saat hijrah ke Madinah, hal pertama
yang dilakukan Rasulullah adalah membangun Mesjid Quba. Mesjid ini tidak hanya
digunakan untuk shalat semata, tapi dari sinilah Rasulullah membangun ‘peradaban’.
Ia menjadi sentral dakwah Rasulullah. Segala permasalahan ummat Beliau
selesaikan di Mesjid. Tak heran, para kaum muslimin selalu mencari Rasulullah
ke Mesjid. Bukan ke rumahnya. Ini mengindikasikan bahwa banyak aktivitas yang
dilakukan di Mesjid, bukan ritual ibadah semata.
Hal ini justru berbanding terbalik
jika kita lihat kondisi Mesjid sekarang yang kurang bersahabat dengan jamaah
yang datang. Larangan-larangan seperti contoh diatas seakan menjadi peraturan
baru yang harus ditaati setiap orang yang datang. Bisa jadi jamaah yang datang
adalah orang yang tengah dalam perjalanan. Bayangkan saat kondisi tubuh dalam
keadaan lelah dan membaca ‘himbauan’ tidak boleh rebahan di dalam mesjid. Alangkah lebih ‘manusiawi’ jika jemaah
boleh melakukan aktifitas rehat
sejenak. Bahkan yang lebih ‘galak’, ada yang mencantumkan tidak boleh mencharge handphone.
Belum lagi takmir Mesjid yang
begitu tak bersahabat dengan anak-anak. Teriakan bernada kasar terhadap anak
yang ribut saat shalat menjadi hal yang sering terdengar menjelang pelaksanaan
shalat. Biasanya ini diwaktu Magrib. Salah satu ucapan yang sering aku dengar
adalah “Kalo ribut, gak usah shalat di
Mesjid”. Duh Gusti..... Sadarkah mereka jika anak-anak yang ribut itu kelak
yang meramaikan Mesjid?
Bukan bermaksud menjudge bahwa hampir seluruh Mesjid
seperti diatas kondisinya. Tapi realitanya, banyak yang bersikap kurang ramah
terhadap jamaah. Mungkin ini menjadi pekerjaan rumah kita bersama untuk kembali
memfungsikan Mesjid layaknya Mesjid di jaman Rasulullah.
Alangkah lebih baik jika larangan
tidak boleh tidur di dalam Mesjid diganti dengan ajakan untuk tetap menjaga
kebersihan. Atau menyediakan ruangan khusus (tak perlu wah) untuk tempat beristirahat. Pernah kubaca dalam sebuah
postingan di facebook tentang sebuah
mesjid yang bahkan menyediakan ruang khusus istirahat sekelas penginapan, boleh
mencharge handphone bahkan
menyediakan makan atau minuman.
Ini mengingatkanku akan sebuah
Mesjid yang saban pulang kampung dari
Medan ke Pematang Siantar selalu kulewati dan kusinggahi. Mesjid Al-Ikhlas
namanya. Berada di lokasi perumahan PTPN IV Pabatu, jalan raya Pematang Siantar
– Tebing Tinggi (kira-kira 8 km dari pusat kota Tebing Tinggi). Kenyamanan
jamaah yang singgah sangat diperhatikan. Selain kondisi tempat shalat yang
nyaman, tempat wudhu yang bersih, Mesjid ini juga menyediakan minuman gratis. Kopi
maupun teh panas siap diseduh kapan saja oleh mereka yang datang, sambil
membaca buku yang memang tersedia di koridor belakang Mesjid Al-Ikhlas. Layaknya
kita berada di sebuah cafe. Jejeran buku yang siap dibaca serta kopi atau teh
yang siap diseduh plus hembusan angin yang sepoi-sepoi adalah hal yang siap
menyambut siapa saja yang singgah. Aku jadi berpikir, jika semua Mesjid
kondisinya seperti itu, Subhanallah! Tak
harus fasilitasnya lengkap, cukup membiarkan Mesjid berfungsi layaknya Mesjid
yang seutuhnya.
Terakhir, hal yang menggangguku
adalah teriakan takmir Mesjid terhadap anak-anak yang sering melakukan
kegaduhan saat sedang shalat. Bayangkan jika saat ini mereka dimarahi bahkan
diusir dari Mesjid dilarang datang untuk shalat hanya karena mereka ribut, maka
siapa lagi kelak yang akan meramaikan Mesjid? Tak perlu repot menempatkan
mereka di shaf khusus, dengan alasan
agar tak mengganggu kekhusyukan jamaah yang tengah shalat. Cukup selipkan saja
mereka di antara shaf yang ada, bukan
justru mengisolasi mereka dalam shaf khusus. Hal ini sangat efektif
untuk meredam keributan yang ditimbulkan. Selain itu, juga mengajarkan gerakan
shalat yang benar kepada anak-anak. Saat mereka berada diantara shaf orang dewasa, otomatis ia akan
memperhatikan gerakan-gerakan shalat yang dilakukan.
Cukuplah perkataan Muhammad Al-Fatih,
Sang Penakluk Konstantinopel menyindir kita,
"Jika kalian tidak lagi mendengar riang tawa dan gelak bahagia anak-anak di masjid-masjid, waspadalah. Saat itu kalian dalam bahaya"
Menanamkan pada diri naka senang mengunjungi Mesjid
merupakan tanggung jawab orang tua. Mesjid adalah tempat mulia, sebuah tempat
yang sangat kondusif dalam menumbuhkan kecintaan anak kepada Allah Ta’ala,
menanamkan nilai-nilai sosial, kebersamaan dan tasamuh (tenggang rasa dan lapang dada). Dari Mesjid, kehidupan
beragama pada diri anak ditumbuhkan.
Yuk ahh..... Kita ciptakan suasana Mesjid yang ramah!!
#abmolsat
#abmolsat
0 Komentar