Danau Toba adalah salah satu
destinasi wisata yang ada di Sumatera Utara. Keindahan yang ditawarkan mampu
membius banyak orang. Dengan luas 1.145 kilometer persegi menjadikannya danau
terluas dan terdalam se-Asia Tenggara.
Berdua dengan istri, kami berangkat
dari Medan dengan tujuan Danau Toba mengendarai sepeda motor. Memanfaatkan momen
liburan (libur ala sendiri tentunya ^^),
kami singgah ke Pematang Siantar dan bermalam disana. Alhamdulillah, biaya akomodasi gratis. Sebab kami menginap di rumah
orang tua. ^^
Jarak Medan – Pematang Siantar sekitar 133,4 kilometer dan ditempuh selama 3 jam. Dengan mengendarai sepeda motor, cukup mengeluarkan biaya Rp. 35.000,- untuk membeli bensin. Bukan tanpa alasan singgah ke rumah orang tua, selain menghemat biaya penginapan juga momen untuk mengunjungi orang tua (-tilik- begitu kami menyebutnya). Perjalanan dari Pematang Siantar – Parapat menempuh jarak 47,8 km. Memakan waktu 1 jam lebih. Jika berangkat dari rumah orang tua di Jl. Asahan, yang berjarak 24 kilometer dari pusat kota Pematang Siantar memakan waktu 1 jam 30 menit. Jarak ini dilalui dengan rute Jalan Raya Lintas Tengah Sumatera. Rute yang umum digunakan. Berbeda jika melalui rute lain, bisa lebih lama di perjalanan.
Karena hanya berdua dengan istri,
kami berinisiatif melalui jalur lain. Bukan Pematang Siantar – Parapat, tetapi
Pematang Siantar – Sidamanik – Tanjung Unta – Parapat. Ingin menikmati jalur
baru, view Danau Toba yang belum
pernah kami lihat membulatkan tekad untuk menjajal
rute yang sama sekali belum pernah dilalui. Pukul 07.00 WIB kami berangkat dari
rumah dengan berboncengan mengendarai sepeda motor matic. Suasana lalu lintas yang masih relatif sepi, membuat
perjalanan kami lancar tanpa hambatan. Tiba di Sidamanik sekitar pukul 08.00
WIB.
Alasan utama kami melalui Sidamanik
adalah ingin menikmati segarnya udara di tengah luasnya perkebunan teh. Yup, Sidamanik adalah sentra perkebunan
teh yang ada di Sumatera Utara dan penghasil teh hitam kedua terbesar di
Indonesia. Perkebunan ini dikelola oleh PTPN IV, dengan luas 8.373 ha. Tak ada
kutipan retribusi jika ingin masuk ke perkebunan teh Sidamanik. Dibawah teduhnya pohon, kami makan
bersama. Semilirnya angin yang berhembus ditengah hamparan hijaunya teh,
membuat kami betah untuk berlama-lama. Sekitar 1 jam saya dan istri berada di
perkebunan teh Sidamanik. Sekitar pukul 09.00 WIB kami melanjutkan perjalanan
menuju Parapat. Sesuai petunjuk yang kami terima, jika ingin menuju Parapat
cukup mengikuti jalan beraspal. Di ujung jalan setelah melewati perkebunan teh,
ada persimpangan jalan. Ke kanan menuju Tongging, dengan rute Simarjarunjung. Jalan
ini juga bisa menuju Danau Toba. Kami mengambil jalur kiri, melalui rute
Tanjung Unta.
Jika ingin merasakan sensasi
berkendara melewati hutan, maka jalur Tanjung Unta bisa menjadi pilihan. Sepanjang
jalan mata dimanjakan dengan hamparan pohon pinus yang berbaris rapi. Jalan yang
dilalui benar-benar di tengah hutan. Tak usah khawatir dengan kondisi jalan,
seluruhnya beraspal. Yang perlu dikhawatirkan adalah kondisi kendaraan. Karena sepanjang
jalan hampir tidak ada pemukiman penduduk. Kalaupun ada hanya beberapa saja dan
tidak ramai. Oleh karena itu, pastikan kondisi kendaraan dalam kondisi fit dan bahan bakar terisi penuh. Tentu akan
sangat merepotkan jika ditengah perjalanan harus mendorong kendaraan yang
mogok.
Salah satu view yang akan menyambut kita adalah pemandangan Tanjung Unta yang
begitu mempesona. Tanjung Unta adalah sebuah teluk, yang datarannya menjorok
kedalam lautan. Dinamakan Tanjung Unta, karena bentuknya seperti hewan unta
yang sedang istirahat. Setiap warga negara Indonesia pasti pernah melihat
Tanjung Unta. Tetapi sayangnya mereka tak sadar jika itu adalah Tanjung Unta. Pernah
memegang uang seribu kawan? Yup, di
uang seribu ada gambar Danau Toba yang viewnya
diambil dari Tanjung Unta. Secara administratif Tanjung Unta (dan Danau Toba) masuk kedalam wilayah
Kabupaten Simalungun, Kecuali Pulau Samosir yang berada dalam kawasan Kabupaten
Samosir. Kabupaten yang dimekarkan pada tanggal 18 Desember 2003, bersamaan dengan
pemekaran Kabupaten Serdang Bedagai.
Mengingat waktu, maka kami
melanjutkan perjalanan menuju Parapat. Tak lengkap rasanya jika ke Parapat tak
menyeberang ke Pulau Samosir. Ada dua pelabuhan disini, yaitu Ajibata dan
Tigaraja. Pelabuhan yang umum digunakan adalah Ajibata, namun saat musim
liburan pelabuhan ini akan dipenuhi oleh mobil pribadi dan bus. Sedangkan melalui
pelabuhan Tigaraja, tidak terlalu ramai. Sebab pelabuhan ini lebih sering
digunakan penduduk sekitar yang ingin menyeberang ke Samosir. Berhubung bukan
masa liburan, kami menyeberang melalui pelabuhan Ajibata.
Jika mengendarai mobil, maka
menaiki kapal ferry khusus kendaraan roda empat. Dengan biaya Rp. 10.000,-/orang
dan Rp. 25.000,-/mobil. Sedangkan dengan kapal wisata, tarif penyeberangan Rp.
5000,-/orang dan Rp. 10.000,-/sepeda motor. Ada yang unik di pelabuhan Ajibata.
Kita akan menyaksikan anak-anak berenang dan meminta kita untuk melempar uang
koin. Ketika uang kita lempar, mereka akan berenang dengan lincah untuk
menangkapnya. Bahkan menyelam untuk mendapatkan uang koin.
Dari Parapat kami bergerak ke
Tomok. Inilah sentra penjualan pernak-pernik khas Danau Toba. Beragam baju
hingga handycraft bisa kita temui
disini. Berlokasi tepat di dekat pelabuhan, Tomok merupakan gerbang menuju
Samosir. di Tomok kita bisa melihat makam besar (makam Raja Sidabutar dan
keluarganya), Museum Batak, Batu Kursi Tomok, dan tentunya Patung Sigale-gale. Kami
hanya berkeliling setelah sebelumnya memarkirkan sepeda motor dan membayar Rp.
2000,- untuk retribusinya. Selanjutnya kami menuju Tuk Tuk, the resort island. Mungkin saja ada resort yang dikelola oleh Zen Rooms. ^^
Sebaiknya membawa bekal dari rumah
jika ingin mengeksplore Samosir. Apalagi
jika memilih wisata ala backpacker. Selain
menghemat pengeluaran, rumah makan dengan sertifikasi halal sangat sulit
ditemukan. Untuk yang muslim, melaksanakan sholat juga sulit di Tomok. Hal ini
kami rasakan, muter-muter mencari
Mushola hingga menemukannya di Tuktuk. Tepat berada di belakang Kantor Pangulu (Kepala Desa). Dari jalan tidak
akan terlihat. Kudu rajin bertanya
kepada warga sekitar.
Dengan tersebarnya objek-objek
wisata yang ada, disarankan berkunjung ke Danau Toba menggunakan kendaraan
pribadi. Lebih seru jika mengendarai sepeda motor. Hembusan angin pegunungan
yang langsung menerpa tubuh menjadi sensasi tersendiri. Apalagi jika rute yang
ditempuh bukan rute pada umumnya. Medan – Pematang Siantar – Sidamanik –
Tanjung Unta – Parapat, adalah rute alternatif yang pantas dicoba jika ingin
berkunjung ke Danau Toba. Kami meninggalkan Parapat kembali ke Siantar melalui
rute Parapat – Pematang Siantar, mengingat waktu yang kian beranjak sore.
Secara keseluruhan, estimasi biaya
wisata ke Danau Toba 1 hari full
(tanpa menginap) hanya menghabiskan dana tak lebih dari Rp. 200.000,-. Sesuatu bukan......
^^
Yang menjadi catatan penting jika ingin wisata hemat
ala backpacker adalah perhatikan
kondisi tubuh. Pastikan kita dalam keadaan fit,
hingga hal-hal yang tak diinginkan selama di perjalanan dapat dihindari.
Next trip, kita eksplore lagi Danau Toba lebih jauh.
Hemat ke Parapat,
banyak pula yang dilihat.
Salam...... ^^
1 Komentar
SALAM , HORAS
BalasHapusTEMAN – TEMAN YANG MAU BERLIBUH KE MEDAN DAN DANAU TOBA , BISA MENGHUBUBUNGI KAMI DI TARA TOURS INDONESIA. PERUSAHAAN KAMI ADALAH BIRO PERJALAN WISATA MENYEDIAKAN BEBERAPA PAKET LIBURAN MENARIK DAN HEMAT .
KAMI DAPAT DIHUBUNGI PADA ALAMAT DI BAWAH INI :
TIARA TOURS INDONESIA
JLN. PANGLIMA DENAI NO. 76 MEDAN, 20227
LICENSED : 503/508.SK/IUP/BPW/MM/2011
TEL/FAX : +6261 - 733 59 765
EMAIL : TIARATOURSINDONESIA@GMAIL.COM
HP / WA +6281383535091
HP / WA +6285358982828
HP / WA +6285762820068
TERSEDIA RENTAL MOBIL DAN BUS PARIWISATA
TOYOTA AVANZA
SUZUKI ERITGA
INOVA REBORN
ISUZU ELF
TOYOTA HIACE
MEDIUM BUS
BIG BUS
NOTE :
KENDARAAN YANG DISEWAKAN TIDAK LEPAS KUNCI , WAJIB PAKAI DRIVER PERUSAHAAN
TERIMA KASIH