Tangan mungilnya terlihat lincah menyapu layar ponsel yang
tengah memainkan game supermarket. Salah satu game yan menggambarkan alur
penjualan. Mulai dari konsumen yang memilh barang dan membayarnya dikasir,
menjaga keamanan supermarket dari pencuri hingga harus mengantar orderan
menggunakan mobil. Sesekali berhenti sembari membetulkan posisi duduknya.
Ketika mulai bosan, segera Ia beralih ke game lain atau sekedar menonton video.
Ketika 30 menit telah berlalu,
“Udah mainnya
bang, sini hapenya.”
“Belom siap
bi....”
“5 menit lagi
ya...”
“Iyyaa.....”
5 menit berlalu....
“Udah....cukup
main hapenya.”
“Bental lagi
loh Abi....”
“Eh... tadi
janjinya 5 menit lagi ya. Sini...”
Dengan sigap mengambil ponsel dari tangannya. Sejenak,
terdengar tangisnya sebagai protes bahwa Ia masih ingin bermain. Tapi itu tak lama, biasanya beberapa menit
kemudian perhatiannya sudah teralihkan.
Begitulah salah satu aktifitas yang kerap tersaji di rumah
kami yang begitu sederhana. Rumah mungil yang menaungi 4 jiwa didalamnya.
Mungkin sebagian kita beranggapan terlalu dini mengenalkan anak yang masih
berumur 3 tahun pada dunia teknologi, dalam hal ini handphone. Tetapi faktanya, kita memang hidup di dunia yang tak
terpisahkan dengan ponsel. Alat komunikasi paling efektif yang digunakan tidak
hanya untuk saling berkirim kabar, tetapi juga alat untuk mengetahui informasi
terkini yang tengah terjadi dibelahan bumi manapun.
Sebagaimana alat teknologi pada umumnya, ponsel juga
menawarkan dua sisi berbeda. Memberikan dampak positif plus membawa dampak
negatif. Ini perkara pilihan, menerima dan menggunakannya dengan resiko
pengaruh negatif atau justru memaksimalkan keberadaannya untuk tujuan yang
positif. Saya pribadi memilih pilihan kedua. Menjauhkan anak-anak dari gadget
memang jalan terbaik jika ingin menghindarkan dari pengaruh negatif. Tetapi itu
bukanlah alternatif utama. Memberi kesempatan kepada mereka untuk bersentuhan
dengan ponsel sembari menanamkan nilai-nilai positif yang mampu membantu
perkembangan kepribadiannya. Laa....
emang bisa?
Memberikan batas waktu penggunaan ponsel adalah salah satu contoh
nilai positif yang dapat dilakukan, sebagai upaya menanamkan disiplin waktu. Dengan
mengulangi perintah yang sama setiap kali Fathin meminta bermain ponsel (“Mainnya gak lama-lama ya”, “setengah jam
aja”,), berharap sedini mungkin mereka akan terbiasa untuk berkomitmen
dengan apa yang telah ditetapkan. Kini ketika meminta bermain ponsel, selalu
diawali dengan kalimat “Abang boleh main
hape Bi....”
Permasalahan sebenarnya bukan teknologi yang membawa pengaruh
negatif, tetapi kita yang tidak siap untuk mengantisipasi pengaruh negatif itu
sendiri. Cenderung membiarkan anak-anak bermain ponsel tanpa pengawasan kerap
kali dilakukan oleh kebanyakan orang tua. Belum lagi konten yang ada di ponsel
yang tidak bersahabat dengan anak-anak. Seperti game yang mempertontonkan
kekerasan atau video yang tidak pantas dilihat oleh anak-anak.
Razia rutin yang kami lakukan di sekolah terhadap anak-anak
salah satunya adalah menyita ponsel yang dibawa ke kelas. Karena kebijakan
sekolah, para murid dilarang membawa ponsel. Kalaupun membawa ponsel, harus
dititipkan kepada wali kelas. Sering kali ketika di cek isi ponsel, beberapa
kali kami menemukan video porno. Miris melihatnya.....
Jika kita jujur, anak-anak yang sudah pernah menonton video
porno di ponsel hanyalah efek dari ketidakpedulian para orang tua. Berapa banyak
yang mau meluangkan waktu untuk memeriksa file ponsel anak-anaknya? Atau membersamainya
ketika asik bermain ponsel? Jangan dengan alasan kasih sayang kemudian
membelikannya ponsel dan kemudian melepasnya begitu saja, tanpa ada controlling orang tua.
Menjauhkan
ponsel dari anak-anak juga bukan pilihan terbaik. Alangkah baiknya
memperkenalkan kepada mereka sembari mendampingi dalam penggunaannya. Bukan
tidak mungkin keberadaan ponsel justru memberi kita peluang untuk menanamkan
nilai-nilai positif yang turut membantu perkembangan karakter anak-anak.
4 Komentar
test.....
BalasHapusTest (lagi)
HapusTast test melulu Oom hahaha...
BalasHapusYa ya yaa aye paham kekhawatiranmu hehe.. dirangsang untuk berkarya melalui handphone ajah yaa kayaknya hmmm
Hahaha.... Efek dari dirimu om Anto yg bilanag kagak bisa komen dimari.... ��
BalasHapusKembali ke pilihan masing² ajalah om, mau ngasih anaknya main hape atau kagak