"Disaat apapun, barokah itu membawa kehagiaan."
Salah satu pertanyaan yang menggelitik jamaah jombloiyah
adalah “udah nikah? Kapan lagi?” dan
seabreg pertanyaan lain yang terkadang bikin keki. Heuheu...
Keki? Ya iyalah,
emangnya nikah itu semudah membeli gorengan di pinggir jalan. Butuh persiapan
matang tau.. (tenang dach mblo, kali ini elu guwa belain). Saya juga pernah
merasa jengah, ketika diberondong pertanyaan
yang mempertanyakan kesiapan menikah. Bahkan pernah menghindar dari seseorang,
sebab setiap kali ketemu pertanyaan pembuka ya itu tadi.
Tapi tahukah kawan, ternyata dibalik pertanyaan yang kita
anggap menjengkelkan terdapat selaksa doa agar jodoh segera menyapa. Terdapat keinginan
mendalam melihat saudaranya bersanding di pelaminan bersama sang pujaan hati. Gaya
pertanyaan yang cenderung ngebully
sebenarnya agar kita juga segera mempersiapkan diri. Tak hanya sekedar pasif menunggu,
berleha-leha atau sekedar berfoya-foya, tetapi berikhtiar menjemput jodoh yang
telah ditetapkan-Nya.
Kan jodoh itu sudah ditetapkan. Lalu ngapain juga musti bersusah payah
mencarinya? Toh tinggal menunggu saja. Benar, sebagaimana rezeki dan kematian,
jodoh pun telah Allah tentukan siapa, kapan dan dimana. Tetapi itu juga
memerlukan ikhtiar juga lho.... Sebagaimana kita bekerja untuk dapat menghidupi
diri dan keluarga, padahal rezeki itu sudah ditetapkan bukan?
Ikhtiar, satu hal yang sering abai dilakukan dalam upaya
menjemput jodoh. Kita sering menyebutnya dengan berusaha. Sebuah kata kerja,
bukan kata benda atau keterangan tempat. Mengisyaratkan agar kita aktif jika
ingin segera menggenapkan separuh dien.
Tapi mas, kalau
perempuan aktif menjemput jodoh berartikan kudu
menawarkan diri gitu kan ya. Malu atuh. Hihihi....cara menawarkan diri juga harus elegan dong. Lihatlah Ummul
Mukminin, Siti Khadijah r.a. Bagaimana beliau mengekspresikan rasa sukanya
kepada Baginda Rasulullah Saw, dengan mengutus sahabatnya yang bernama Nafisah
menjadi perantara dalam menyampaikan perasaan.
Cara ini bisa saja dipraktekkan, jika kamu merasa ada rasa
suka pada seorang pria. Perantara itu bisa sahabat dekat, ustadzah, atau orang
tua. Sebagai catatan, pilihlah pria yang berakhlak baik dan memegang teguh
ajaran agama. Toh Islam tak melarang tindakan ini. Sebagaimana diceritakan
dalam sebuah hadits, tentang seorang perempuan yang datang kepada Rasulullah
untuk menawarkan dirinya.
“Kami duduk
bersama Anis bin Malik yang disebelahnya ada seorang anak perempuannya. Lalu Anas
berkata, datanglah seorang perempuan kepada Rasulullah dan menawarkan dirinya. Perempuan
tersebut berkata, ‘Wahai Rasulullah, maukah tuan mengambil diriku?’ Kemudian
anak Anas menyelutuk, ‘Betapa tidak malunya perempuan itu!’ Lalu Anas menjawab ‘Perempuan
itu lebih baik dari kamu. Ia menginginkan Rasulullah karena itu ia menawarkan
dirinya’.” (H.R. Ibnu Majah).
Kalau masih merasa malu, toh
kamu bisa mencoba cara lain. Sebuah ikhtiar suci yang mendekatkan [Insya Allah] jodohmu. Berusahalah menjadi
pribadi yang baik, fokus pada perbaikan diri dan meningkatkan kualitas ibadah. Tahukah
kamu, sejatinya dibelahan bumi lain calon pendamping yang Allah siapkan juga
tengah mempersiapkan dan memperbaiki dirinya. Bukankah perempuan baik untuk pria yang baik? Pun
sebaliknya.
Terkadang dalam usaha itu kita butuh semangat dari pihak
lain. Yang terkadang justru datang dalam bentuk yang tidak kita bayangkan. Biasanya
sering kita temukan pada orang-orang terdekat kita yang senantiasa
mempertanyakan kapan akan menikah jika bertemu atau ketika bercengkerama. Kompor meleduk, begitulah kita
menganggapnya. Pernah merasakan kawan? ^^
Selain dari orang terdekat, kita juga bisa mengkomporin diri sendiri. Salah satunya
adalah dari buku. Saya masih ingat beberapa bulan sebelum menikah, ada satu
buku yang dibaca. Mendorong diri untuk membulatkan tekad melamar anak gadis
orang [ya iyalah, masa anak gadis gajah].
Buku ‘Barakallahu laka,
Bahagianya Merayakan Cinta’ karya Salim A. Fillah sukses merontokkan
keraguanku. Salah satu bab yang menggodaku adalah bahasan tentang Malam Zafaf. Heuheu.... lajang oh lajang.^^
Terbayang ga sih,
perbuatan yang kita anggap sepele justru mendatangkan pahala dan barokahnya
Allah? Semisal hanya berpegangan tangan saja atau bersenda gurau semata. Dan ini
kita temukan dalam sebuah pernikahan loh
ya. Bukan dalam pacaran!!
Terakhir, apapun pertanyaan yang menghampirimu yang
mempertanyakan kapan akan menikah, terima saja dengan senang hati. Walaupun rasa
keki menggelitik hatimu. Karena menikah
itu bukan perkara siapa cepat, tapi perkara siapa yang siap untuk berkomitmen
dalam sebuah ikatan. Dan tak ada ikatan yang kuat nan berkah antara dua insan
anak manusia berlainan jenis kecuali dalam sebuah ikatan pernikahan.
Karena dirimu suci, maka sucikanlah cinta yang bersemayam
dalam hatimu. Iyaa.... kamu!!
Sahabatmu,
Rahmad Al-Abror
3 Komentar
kamu sudah cocok jadi konsultan pernikahan Oom :D
BalasHapuswakakakak......
BalasHapusntar pada korslet yang konsul ke aku bang..... :D
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus