"Bercanda Hanya Bumbu Komunikasi"
Bercanda, menjadi
salah satu aktifitas yang teramat sering dilakukan jamaah manusia. Ia menjadi unsur penting dalam berkomunikasi, ice breaking yang mujarab. Tak jarang
suasana menjadi cair dan hangat ketika ada canda.
Adakah
yang salah dengan canda?
Tidak ada
yang salah dengan canda! Bahkan Rasulullah saja sesekali bercanda dengan para
sahabat. Ada kisah menarik terkait bercanda ala
Rasulullah SAW.
Suatu ketika
ada seorang nenek tua mendatangi Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian berkata, “Wahai Rasulullah, berdoalah pada Allah agar Dia memasukkanku ke dalam
Surga.”
Baginda Rasulullah
pun menjawab, “Wahai Ummu Fulan, Surga
tak mungkin dimasuki oleh nenek tua.”
Mendengar jawaban
tersebut, nenek tua itu pun berlalu sambil menangis. Melihat hal ini,
Rasulullah pun berseru, “Kabarilah dia
bahwa Surga tidaklah mungkin dimasuki dia sedangkan Ia dalam keadaan tua.
Karena Allah Ta’ala berfirman : “Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung
dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan penuh cinta lagi sebaya umurnya.” (QS. Al Waqi’ah: 35-37). -- HR. Tirmidzi
-- (dikutip
dari rumaysho.com)
Jadi, di Surga penghuninya
tidak ada yang sudah tua. Karena semua pada saat itu kembali muda. ^^
Jadi jangan
ragu untuk bercanda kawan! Heuheu.....
Kapan bercanda
menjadi sebuah kesalahan? ketika berbohong, merendahkan atau menyakiti orang lain terselip dalam setiap
candaan yang dilakukan. Sayangnya, justru gaya bercanda seperti ini
menghiasi hampir seluruh prosesi percandaan
kita.
Bercanda itu
memang menyenangkan hingga terkadang tanpa sadar ada hati yang tersakiti, diri
direndahkan hingga tertipu akibat guyonan
yang kita lakukan.
Hayooo.....ngaku,
candaan elu seperti itukah? Haghag....kagak usah sungkan, saya juga
terkadang seperti itu. :)
Tanpa disadari,
ternyata kita juga memiliki potensi besar menjadi orang-orang yang zhalim. Tak heran, Rasulullah
mengingatkan kita untuk ‘falyaqul khairon
au liyasmut’ – berkatalah yang baik atau diam –
Beberapa hari
yang lalu.......
Ngegroup di berbagai komunitas menjadi salah satu sarana
saya untuk menjalin silaturrahim. ‘bertemu’ dengan berbagai orang dengan latar
belakang yang berbeda, justru memperkaya khasanah tentang karakter yang
beragam. Disamping juga menambah wawasan tentunya.
Berawal dari
candaan ringan disebuah group whatsapp dengan
menyebut “....suaminya kok gak dibawa bu?”
Padahal ‘si kawan’ masih single. Sebenarnya nih nyeletuk aja sih, agar suasana lebih hidup. Qadarullah, si kawan beberapa hari kemudian japri dan mengungkapkan ketidaknyamanan yang dirasakannya.
Jleb....kaget
saya, tak menyangka candaan ringan itu bermuatan serius. Astagfirullah!
Dan saya juga
lupa, untuk tidak mengukur orang lain di
baju sendiri. Beranggapan bercanda seperti itu biasa (apalagi di daerah
domisili saya ^^) ternyata justru dirasa menyakitkan baginya.
Bersyukur,
Allah masih berkenan mengingatkan diri yang penuh khilaf dan salah ini. Bersyukur
pula Allah menggerakkan hati ‘si kawan’ untuk ngejapri saya dan menumpahkan uneg-unegnya.
Barakallah fiika sodariku.....
Tentu ini
mengingatkan kita [saya pribadi terutama],
untuk lebih memperhatikan bahan candaan dan orang yang menerimanya. Alangkah
lebih baik lagi jika kita mengetahui karakter lawan bicara, hingga guyonan yang dilontarkan tepat sasaran.
Sssstt.....!! Bocoran dikit, jangan coba-coba bercanda dengan wanita
dengan menyinggung usia, status pernikahan dan.....berat badan. ^^
Kalo elu nekat, kelar
hidup loe!! heuheu.....
And last....mari
menjadikan candaan hanya bumbu sebuah komunikasi. Bukan menjadikannya sebagai
topik utama. Banyak bercanda juga tak baik, sebab peluang untuk tersakitinya
hati lebih besar. Sayang.....ukhuwah yang tercipta rusak hanya karena seringnya
bercanda.
Semoga kita
menjadi pribadi yang terhindar dari sikap lalai.
Sahabatmu,
Rahmad Al-Abror
0 Komentar