Ombus-ombus, si ‘piramida imut’ berwarna putih berbalut daun
pisang menjadi salah satu dari sekian banyak makanan tradisional yang ada di Sumatera
Utara. Keberadaannya memperkaya kekayaan kuliner nusantara. Makanan khas Batak
ini dapat dijumpai di kota Medan.
Medan, yang dikenal dengan surga kuliner seolah tidak pernah kehabisan stock makanan yang cita rasanya memanjakan lidah siapa pun yang
mencicipinya.
Saya yakin, banyak dari kita (apalagi yang dari luar Sumut) yang belum mengetahui ombus-ombus. Jajanan
khas Batak ini dibuat dari tepung beras yang diberi gula merah
ditengahnya dan dibungkus dengan daun pisang. Bentuknya yang seperti piramida
semakin membuatnya terlihat eksotik.
Dahulu jajanan ini biasanya dijual di warung pinggir jalan. Sayang,
kini keberadaannya tak lagi seperti dulu. Masih ada, tapi tak banyak. Kini tak semua
warung pinggir jalan menjual ombus-ombus. Jika ingin menikmatinya, kita kudu berburu di pajak-pajak.
Eh, asal tau aja kelen
ya.... di Medan pajak itu maksudnya pasar. ^^
Menyambut pagi dengan segelas kopi dan ditemani dengan
sepiring ombus-ombus, adalah nikmat yang tak terkira. Apalagi ditemani dengan
dinginnya hutan Sibolangit, atau semilirnya angin Danau Toba. Serasa semua
beban hidup sirna seketika.
Karena terbuat dari tepung beras, menghabiskan 2 atau 3
bungkus ombus-ombus sudah mampu mengusir rasa lapar.
Awal Mula Ombus-ombus
Ombus-ombus pertama kali
dicetuskan oleh pedagang asal Batak, Musik Sihombing pada tahun 1940 yang
memulai usahanya di rumah. tepatnya di Jalan Balige Pusat Pasar Kecamatan
Siborong-borong, Tapanuli Utara.
Setelah
meninggalnya Musik Sihombing, Lappet Bulung Tetap Panas tidak mati, usaha ini
dilanjutkan oleh warga lain bernama Anggiat. Ia menilai Lappet termasuk usaha
menguntungkan. Anggiat pun mulai mengikuti jejak Musik Sihombing dengan menjajakan
Lappet Bulung Tetap Panas mengelilingi desa mengayuh sepeda.
Merasa nama makanan terlalu panjang sehingga menyulitkannya saat meneriakkan nama makanan ini, akhirnya Anggiat untuk mengganti Lapet Bulung Tetap Panas menjadi “Ombus-ombus No.1”.
Nama Ombus-ombus muncul pertama kali karena harus memberi tiupan ketika memakannya. Ombus artinya meniup. Kue ini lebih nikmat jika dimakan saat masih hangat. Ombus-ombus awalnya diberi nama Lappet Bulung Tetap Panas. Pada masa itu kue Lappet merupakan jajanan yang populer.
Jika berkunjung ke Medan, cobalah menyusuri kota Melayu Deli ini. Keberagaman budaya, kuliner hingga wisata akan menyapa dengan ramah. Aneka makanan dapat dinikmati tanpa takut kantong bolong. Tak seperti kota-kota besar di Indonesia, harga makanan di Medan cukup bersahabat.
Harga
terjangkau plus beraneka ragam makanannya. Tak heran, Medan dijuluki Kota
Sejuta Kuliner. Menikmati sepiring ombus-ombus di tengah gemerlapnya Medan,
seolah kembali menyusuri lorong waktu kembali ke masa lalu.
Jadi,
kapan main ke Medan kawan?
Sahabatmu,
Rahmad
Al Abror
0 Komentar